Jumat, 12 Desember 2014

Biografi Tokoh Masyarakat Ds. Gondang Kec. Subah Kab. Batang

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Di era globalisasi sekarang ini, memang banyak terdapat kemajuan-kemajuan dalam hal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) guna bersaing dengan kemajuan bangsa Barat. Namun disamping kemajuan dalam hal IPTEK, justru dengan adanya globalisasi moral penduduk Indonesia yang mayoritas Islam ini semakin merosot jika tidak pintar-pintar dalam memilah apa yang harus diterima dan apa yang harus dihindari dari globalisasi ini. Di sini peran pondok pesantren sangatlah penting bagi generasi muda khususnya bagi generasi Islam mendatang.
Dewasa ini sudah banyak pondok pesantren modern yang dibangun dengan megahnya dan banyak pula santri yang menuntut ilmu di dalamnya. Tak kalah dengan pondok pesantren modern, pondok pesantren salaf pun sangat berpengaruh dalam kehidupan baik di masa sekarang maupun masa mendatang sebagai generasi penerus Islam. Bahkan bukan hanya Kyai dan santri saja yang merasakan pengeruhnya, tetapi penduduk di sekitar pondok pesantren ikut merasakan betapa damainya jika akhlak dan moral tertata dengan rapi. Sebagaimana di Desa Gondang, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, di sana terdapat pondok pesantren yang digagas oleh Kyai Shobirin Al-Hafidz. Dengan gigih dan dengan ilmu beliau menggagas berdirinya sebuah Pondok Pesantren yang diberi nama “Al-Huda”. Pada bab selanjutnya akan diulas tentang Beliau Kyai Shobirin Al-Hafidz.

B.     PERMASALAHAN
1.      Bagaimana Riwayat Hidup Tokoh atau Pendiri Lembaga Pendidikan Islam?
2.      Bagaimana Pandangan Tokoh atau Pendiri Lembaga Pendidikan Tentang Pendidikan?
3.      Bagaimana Implikasi Teoritik dan Implikasi Empiriknya?


BAB II
RIWAYAT HIDUP PENDIRI PONDOK PESANTREN
“AL-HUDA” SUBAH-BATANG

A.    BIOGRAFI
Nama Beliau adalah Kyai Shobirin Al-Hafidz. Beliau lahir di Batang, lebih tepatnya di Desa Kemiri Kecamatan Subah pada tanggal 1 Januari 1967. Umur beliau sekarang baru 47 tahun dan beliau terlihat sehat. Beliau sangat ramah, humoris, dan santun terhadap masyarakat sekitar, namun beliau masih tetap terlihat berwibawa. Dengan sifat ramah dan humorisnya, beliau menyapa masyarakat dan tetangganya dalam kehidupan bermasyarakat. Tak enggan beliau ikut serta bergotong royong bersama penduduk sekitar. Dengan penuh santun beliau menyambut tamu-tamu yang sowan kepada beliau. Dan beliau sangat berwibawa dalam melakukan segala hal, apalagi ketika mendidik santri dan memberikan Tausiyah di pengajian umum.
Kyai Shobirin Al-Hafidz menempuh pendidikan formal sampai jenjang MTs, kemudian beliau melanjutkan menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur selama 10 tahun. Tentunya tak hanya kemudahan yang beliau dapatkan, namun berbagai tantangan pun beliau hadapi. Saat itu perekonomian keluarga beliau bukan tergolong menengah keatas, jadi dapat kita ketahui beliau tidak bergelimang harta saat di pondok pesantren tersebut. Beliau mengabdi pada pondok pesantren Tebuireng tersebut. Beliau hanya pulang ke rumahnya setahun sekali pada saat hari raya Idul Fitri. Berkat kegigihan dan perjuangan beliau inilah yang menghantarkan beliau pada posisi sekarang ini.
Setelah beliau pulang kembali ke kampong halaman yakni Desa Kemiri, tak lama kemudian beliau menikah dengan salah seorang putri dari Desa Gondang yang bernama Turyanah biasa disapa Ibu Tur. Setelah menikah dengan Ibu Tur beliau menetap di Desa Gondang. Beliau memiliki seorang putri dan seorang putra. Putri beliau bernama Annisatul Maghfiroh (sekarang sedang menempuh pendidikan Strata 1 di IAIN Walisongo Semarang prodi Muamalah) dan putra beliau bernama Adib Azka Najib (sekarang sedang dalam jenjang Pendidikan Dasar SD N Gondang 03).

B.     KARYA
Kyai Shobirin Al-Hafidz adalah seorang tokoh agama di Desa Gondang, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang. Beliau sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Huda. Selain sebagai pengasuh, beliau ikut serta terjun langsung dalam mengajarkan beberapa materi di pondok Al-Huda tersebut. Selain itu, tak jarang beliau di undang untuk memberikan Mauidhoh Hasanah dalam pengajian-pengajian umum baik di Desa Gondang sendiri maupun desa-desa dan kecamatan lain.
Pemikiran beliau untuk memajukan pendidikan agama Islam dijembatani dengan membangun Pondok Pesantren Al-Huda ini. Dengan berdirinya Pondok ini beliau memberikan kebebasan siapa saja yang mau nyantri tanpa melihat status sosial. Karena, pondok yang beliau bangun tidak memungut biaya apaun bagi santri-santri yang mau belajar disana. Di samping santri yang menetap di sana ada pula santri yang hanya datang pada sore hari dan pulang setelah selesai mengaji. Santri yang seperti itu biasanya bertempat tinggal tidak jauh dari pondok.

BAB III
PANDANGAN PENDIRI PONDOK PESANTREN
“AL-HUDA” TENTANG PENDIDIKAN

A.    DASAR PENDIDIKAN
Berawal dari rasa keprihatinan pada generasi muda yang sedikit demi sedikit mulai melupakan budaya timur dan jauh dari moral. Dasar pendidikan Kyai Shobirin Al-Hafidz dalam mendirikan pondok pesantren awalnya adalah rasa keprihatinan kepada masyarakat dan generasi muda di Desa Gondang. Selain itu beliau memegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam melangsungkan pendidikan di Pondok Pesantren yang diasuh oleh beliau.



B.     TUJUAN PENDIDIKAN
Salah satu komponen utama dalam pendidikan adalah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan lah yang akan menentukan arah dari pendidikan itu sendiri. Sedangkan tujuan utama Kyai Shobirin Al-Hafidz mendirikan Pondok Pesantren Al-Huda adalah mencetak generasi muda muslim yang Qur’ani.

C.     PENDIDIK
Pendidik pada hakikatnya adalah seseorang yang berilmu pengetahuan yang mumpuni serta mampu mendidik dan mengamalkan ilmunya. Pendidik di Pondok Pesantren Al-Huda ini diamanatkan kepada Ustadz dan Pengasuh, serta Santri yang dianggap ilmunya sudah mumpuni untuk mengajarkan ilmunya kepada adik-adik santri yang baru atau ilmunya masih dibawahnya.

D.    ANAK DIDIK
Anak didik adalah orang yang sedang belajar. Orang yang mencari ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Serta orang yang sedang mencari jati dirinya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia sejati.

E.     KURIKULUM (MATERI)
Kurikulum atau materi yang diajarkan dalam Pondok Pesantren Al-Huda tersebut adalah:
1.      Al-Qur’an. Materi ini adalah materi utama dalam pondok tersebut. Materi yang diajarkan dengan Al-Qur’an seperti: menghafal Al-Qur’an bagi yang belajar program Tahfidhul Qur’an, membaca Al-Qur’an dan menghafal jus 30 bagi yang belajar dalam program umum.
2.      Kitab. Pengajaran kitab dalam pondok ini berlaku bagi seluruh santri pada kedua program tersebut. Kitab yang diajarkan antaranya adalah kitab tentang akhlak dan kitab tentang fiqh.

F.      METODE
Ada beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam pondok tersebut, yakni:
1.      Metode Bandungan, yakni metode pembelajaran yang cara pengajarannya dilakukan dengan cara mendengarkan ceramah dan kadang Ustadz mengajukan pertanyaan kepada anak santri. Biasanya dilakukan dalam pembelajaran kitab.
2.      Metode sorogan, yakni metode pembelajaran yang cara pengajarannya dengan cara maju satu-satu. Biasanya metode ini digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an, baik yang menghafal atau pun membaca.

BAB IV
IMPLIKASI
A.    IMPLIKASI TEORITIK
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, implikasi toeritik menyatakan bahwa pendidikan pondok pesantren sangat mendukung psikologi keagamaan seseorang. Dengan adanya pondok pesantren tersebut akan bertambah pula generasi yang berakhlak yang baik dan berasakan pada Al-Qur’an.

B.     IMPLIKASI EMPIRIK
Seperti yang tertera di atas, pondok pesantren ini sangat berperan dalam kehidupan baik kehidupan sekitar pondok dan masyarakat. Sesuai dengan realita sekarang ini, pondok pesantren mampu mengajarkan dan menghasilkan pemuda-pemuda khususnya generasi muslim yang berakhlakul karimah dan berpakaian sesuai dengan ajaran Islam. Kewibawaan dari pendidik pun sudah jelas terlihat dengan cara pengajaran yang dilakukan. Tentunya pendidik tidak diragukan lagi keilmuan dan akhlaknya terbukti dengan santri yang berakhlak baik dan berilmu, karena pastilah santri meniru kapribadian baik dari pendidik atau ustadz yang mengajarinya.

BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kyai Shobirin Al-Hafidz adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Huda. Pemikiran beliau tentang perlunya pendidikan Islami menjadi semangat beliau untuk hal ini. Beliau mendirikan pondok karena rasa keprihatinan moral dan akhlak pemuda khususnya. Aktivitas pembelajaran dilakukan sesuai dengan A-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan tujuan pendidikan beliau adalah mencetak generasi muda muslim yang Qur’ani.
Sangat memungkinkan dengan adanya pondok pesantren akan mencetak generasi yang lebih berakhlak mulia dan bermoral. Sudah terbukti dengan adanya pondok itu menjadikan pemuda yang lebih baik dan lebih suka membaca Al-Qur’an dari pada sebelumnya. Masyarakat pun merasakan nyaman dengan adanya pondok pesantren tersebut.

B.     SARAN
Demikianlah tugas ini penulis susun. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam memilih kata. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar