BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Di era globalisasi
sekarang ini, memang banyak terdapat kemajuan-kemajuan dalam hal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) guna bersaing dengan kemajuan bangsa Barat.
Namun disamping kemajuan dalam hal IPTEK, justru dengan adanya globalisasi
moral penduduk Indonesia yang mayoritas Islam ini semakin merosot jika tidak
pintar-pintar dalam memilah apa yang harus diterima dan apa yang harus
dihindari dari globalisasi ini. Di sini peran pondok pesantren sangatlah
penting bagi generasi muda khususnya bagi generasi Islam mendatang.
Dewasa ini sudah banyak
pondok pesantren modern yang dibangun dengan megahnya dan banyak pula santri
yang menuntut ilmu di dalamnya. Tak kalah dengan pondok pesantren modern,
pondok pesantren salaf pun sangat berpengaruh dalam kehidupan baik di masa
sekarang maupun masa mendatang sebagai generasi penerus Islam. Bahkan bukan
hanya Kyai dan santri saja yang merasakan pengeruhnya, tetapi penduduk di
sekitar pondok pesantren ikut merasakan betapa damainya jika akhlak dan moral
tertata dengan rapi. Sebagaimana di Desa Gondang, Kecamatan Subah, Kabupaten
Batang, di sana terdapat pondok pesantren yang digagas oleh Kyai Shobirin
Al-Hafidz. Dengan gigih dan dengan ilmu beliau menggagas berdirinya sebuah
Pondok Pesantren yang diberi nama “Al-Huda”. Pada bab selanjutnya akan diulas
tentang Beliau Kyai Shobirin Al-Hafidz.
B.
PERMASALAHAN
1.
Bagaimana
Riwayat Hidup Tokoh atau Pendiri Lembaga Pendidikan Islam?
2.
Bagaimana
Pandangan Tokoh atau Pendiri Lembaga Pendidikan Tentang Pendidikan?
3.
Bagaimana
Implikasi Teoritik dan Implikasi Empiriknya?
BAB
II
RIWAYAT
HIDUP PENDIRI PONDOK PESANTREN
“AL-HUDA”
SUBAH-BATANG
A. BIOGRAFI
Nama Beliau adalah Kyai Shobirin Al-Hafidz. Beliau
lahir di Batang, lebih tepatnya di Desa Kemiri Kecamatan Subah pada tanggal 1
Januari 1967. Umur beliau sekarang baru 47 tahun dan beliau terlihat sehat.
Beliau sangat ramah, humoris, dan santun terhadap masyarakat sekitar, namun
beliau masih tetap terlihat berwibawa. Dengan sifat ramah dan humorisnya,
beliau menyapa masyarakat dan tetangganya dalam kehidupan bermasyarakat. Tak
enggan beliau ikut serta bergotong royong bersama penduduk sekitar. Dengan
penuh santun beliau menyambut tamu-tamu yang sowan kepada beliau. Dan beliau
sangat berwibawa dalam melakukan segala hal, apalagi ketika mendidik santri dan
memberikan Tausiyah di pengajian umum.
Kyai Shobirin Al-Hafidz menempuh pendidikan formal
sampai jenjang MTs, kemudian beliau melanjutkan menuntut ilmu di Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur selama 10 tahun. Tentunya tak hanya
kemudahan yang beliau dapatkan, namun berbagai tantangan pun beliau hadapi.
Saat itu perekonomian keluarga beliau bukan tergolong menengah keatas, jadi
dapat kita ketahui beliau tidak bergelimang harta saat di pondok pesantren
tersebut. Beliau mengabdi pada pondok pesantren Tebuireng tersebut. Beliau
hanya pulang ke rumahnya setahun sekali pada saat hari raya Idul Fitri. Berkat
kegigihan dan perjuangan beliau inilah yang menghantarkan beliau pada posisi
sekarang ini.
Setelah beliau pulang kembali ke kampong halaman
yakni Desa Kemiri, tak lama kemudian beliau menikah dengan salah seorang putri
dari Desa Gondang yang bernama Turyanah biasa disapa Ibu Tur. Setelah menikah
dengan Ibu Tur beliau menetap di Desa Gondang. Beliau memiliki seorang putri
dan seorang putra. Putri beliau bernama Annisatul Maghfiroh (sekarang sedang
menempuh pendidikan Strata 1 di IAIN Walisongo Semarang prodi Muamalah) dan
putra beliau bernama Adib Azka Najib (sekarang sedang dalam jenjang Pendidikan
Dasar SD N Gondang 03).
B. KARYA
Kyai Shobirin Al-Hafidz adalah seorang tokoh agama
di Desa Gondang, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang. Beliau sebagai pengasuh
Pondok Pesantren Al-Huda. Selain sebagai pengasuh, beliau ikut serta terjun
langsung dalam mengajarkan beberapa materi di pondok Al-Huda tersebut. Selain
itu, tak jarang beliau di undang untuk memberikan Mauidhoh Hasanah dalam
pengajian-pengajian umum baik di Desa Gondang sendiri maupun desa-desa dan
kecamatan lain.
Pemikiran beliau
untuk memajukan pendidikan agama Islam dijembatani dengan membangun Pondok
Pesantren Al-Huda ini. Dengan berdirinya Pondok ini beliau memberikan kebebasan
siapa saja yang mau nyantri tanpa melihat status sosial. Karena, pondok yang
beliau bangun tidak memungut biaya apaun bagi santri-santri yang mau belajar
disana. Di samping santri yang menetap di sana ada pula santri yang hanya
datang pada sore hari dan pulang setelah selesai mengaji. Santri yang seperti
itu biasanya bertempat tinggal tidak jauh dari pondok.
BAB III
PANDANGAN
PENDIRI PONDOK PESANTREN
“AL-HUDA”
TENTANG PENDIDIKAN
A. DASAR
PENDIDIKAN
Berawal dari rasa keprihatinan pada generasi muda
yang sedikit demi sedikit mulai melupakan budaya timur dan jauh dari moral. Dasar
pendidikan Kyai Shobirin Al-Hafidz dalam mendirikan pondok pesantren awalnya
adalah rasa keprihatinan kepada masyarakat dan generasi muda di Desa Gondang.
Selain itu beliau memegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam melangsungkan
pendidikan di Pondok Pesantren yang diasuh oleh beliau.
B. TUJUAN
PENDIDIKAN
Salah satu komponen utama dalam pendidikan adalah
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan lah yang akan menentukan arah dari
pendidikan itu sendiri. Sedangkan tujuan utama Kyai Shobirin Al-Hafidz
mendirikan Pondok Pesantren Al-Huda adalah mencetak generasi muda muslim yang
Qur’ani.
C. PENDIDIK
Pendidik pada hakikatnya adalah seseorang yang
berilmu pengetahuan yang mumpuni serta mampu mendidik dan mengamalkan ilmunya.
Pendidik di Pondok Pesantren Al-Huda ini diamanatkan kepada Ustadz dan Pengasuh,
serta Santri yang dianggap ilmunya sudah mumpuni untuk mengajarkan ilmunya
kepada adik-adik santri yang baru atau ilmunya masih dibawahnya.
D. ANAK
DIDIK
Anak didik adalah orang yang sedang
belajar. Orang yang mencari ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan
kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat
dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Serta orang yang sedang mencari jati
dirinya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia sejati.
E. KURIKULUM
(MATERI)
Kurikulum atau materi yang diajarkan dalam Pondok
Pesantren Al-Huda tersebut adalah:
1. Al-Qur’an.
Materi ini adalah materi utama dalam pondok tersebut. Materi yang diajarkan
dengan Al-Qur’an seperti: menghafal Al-Qur’an bagi yang belajar program Tahfidhul
Qur’an, membaca Al-Qur’an dan menghafal jus 30 bagi yang belajar dalam program
umum.
2. Kitab.
Pengajaran kitab dalam pondok ini berlaku bagi seluruh santri pada kedua
program tersebut. Kitab yang diajarkan antaranya adalah kitab tentang akhlak
dan kitab tentang fiqh.
F. METODE
Ada beberapa metode pembelajaran yang digunakan
dalam pondok tersebut, yakni:
1. Metode
Bandungan, yakni metode pembelajaran yang cara pengajarannya dilakukan dengan
cara mendengarkan ceramah dan kadang Ustadz mengajukan pertanyaan kepada anak
santri. Biasanya dilakukan dalam pembelajaran kitab.
2. Metode
sorogan, yakni metode pembelajaran yang cara pengajarannya dengan cara maju
satu-satu. Biasanya metode ini digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an, baik
yang menghafal atau pun membaca.
BAB IV
IMPLIKASI
A. IMPLIKASI
TEORITIK
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
implikasi toeritik menyatakan bahwa pendidikan pondok pesantren sangat
mendukung psikologi keagamaan seseorang. Dengan adanya pondok pesantren
tersebut akan bertambah pula generasi yang berakhlak yang baik dan berasakan
pada Al-Qur’an.
B. IMPLIKASI
EMPIRIK
Seperti yang tertera di atas, pondok pesantren ini
sangat berperan dalam kehidupan baik kehidupan sekitar pondok dan masyarakat.
Sesuai dengan realita sekarang ini, pondok pesantren mampu mengajarkan dan
menghasilkan pemuda-pemuda khususnya generasi muslim yang berakhlakul karimah
dan berpakaian sesuai dengan ajaran Islam. Kewibawaan dari pendidik pun sudah
jelas terlihat dengan cara pengajaran yang dilakukan. Tentunya pendidik tidak
diragukan lagi keilmuan dan akhlaknya terbukti dengan santri yang berakhlak
baik dan berilmu, karena pastilah santri meniru kapribadian baik dari pendidik
atau ustadz yang mengajarinya.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kyai Shobirin Al-Hafidz adalah pendiri dan pengasuh
Pondok Pesantren Al-Huda. Pemikiran beliau tentang perlunya pendidikan Islami
menjadi semangat beliau untuk hal ini. Beliau mendirikan pondok karena rasa
keprihatinan moral dan akhlak pemuda khususnya. Aktivitas pembelajaran
dilakukan sesuai dengan A-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan tujuan pendidikan beliau
adalah mencetak generasi muda muslim yang Qur’ani.
Sangat memungkinkan dengan adanya pondok pesantren
akan mencetak generasi yang lebih berakhlak mulia dan bermoral. Sudah terbukti
dengan adanya pondok itu menjadikan pemuda yang lebih baik dan lebih suka
membaca Al-Qur’an dari pada sebelumnya. Masyarakat pun merasakan nyaman dengan
adanya pondok pesantren tersebut.
B. SARAN
Demikianlah tugas ini penulis susun. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam memilih kata. Untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar