You, do you remember me?
Like I remember you?
Do you spend your life
Going back in your mind to that time?
Because I, I walk the streets alone
I hate being on my own
And everyone can see that I really fell
And I'm going through hell
Thinking about you were somebody else
Somebody wants you
Somebody needs you
Somebody dreams about you every single night
Somebody can't breath without you, it's lonely
Somebody hopes someday you will see
That Somebody's Me
That Somebody's Me
How, How could we go wrong
It was so good and now it's gone
And I pray at night that our paths will soon cross
And what we had isn't lost
Cause you're always right here in my thoughts
Somebody wants you
Somebody needs you
Somebody dreams about you every single night
Somebody can't breath without you, it's lonely
Somebody hopes someday you will see
That Somebody's Me
That Somebody's Me
You'll always be in my life
Even if I'm not in your life
Because you're in my memory
You, will you remember me
And before you set me free
Oh listen please
Somebody wants you
Somebody needs you
Somebody dreams about you every single night
Somebody can't breath without you, it's lonely
Somebody hopes someday you will see
That Somebody's Me
That Somebody's Me
That Somebody's Me
That Somebody's Me
Selasa, 21 Januari 2014
Jumat, 17 Januari 2014
Pluralisme Agama di Indonesia
Menanamkan
Sikap Pluralisme (Agama)
Demi Kesatuan Negara
Oleh:
Susi Afiarti (123111150)
Sebagai seorang
mu’min, suatu sikap yang wajar bila kita meyakini bahwa Islam adalah
satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT, dan meyakini pula bahwa nash-nash
agama yang terbingkai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah benar. Namun,
merupakan kenyatan yang tidak bisa dibantah lagi bahwa Indonesia adalah suatu
Negara yang warga negaranya terdiri dari berbagai suku, agama, ras, bagsa,
profesi, budaya, dan golongan. Begitu juga dalam agama yang selalu berbentuk
plural. Secara historis-sosiologis,
pluralisme agama merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Semua
yang terdapat di dunia dengan sengaja diciptakan dengan penuh keragaman, tak
terkecuali agama. Pluralitas bukanlah hal yang merugikan bagi keberadaan
kehidupan. Pluralitas adalah kehendak Sang Pencipta (sunnatullah) agar
kehidupan ini dapat berjalan dalam keseimbangan. Dan memang yang diperlukan manusia bukanlah
menjadi satu atau sama dalam hal agama, tetapi bagaimana cara dan sikap yang
cerdas dan dewasa terhadap pluralitas agama.
Banyak orang pesimis dan putus pengharapan perihal masa
depan pluralisme agama di Indonesia. Pesimisme didasarkan pada beberapa
indikator utama. Pertama, karena telah berpulangnya para tokoh agama
yang gigih tanpa lelah memperjuangkan pluralisme, kepergian Abdurrahman Wahid
sang pejuang pluraisme. Kedua, terjadi kekerasan berbasis agama dan
teologi. Kedua pokok persoalan tersebut sebenarnya lebih merupakan tantangan
bagi pejuang pluralisme agama untuk mensolidkan dan mensinergikan gerakan. Ada
banyak hal yang menyebabkan kita boleh optimis dan berpengharapan tentang
cerahnya pluralisme agama di Indonesia di masa-masa yang akan datang.
Memang benar bahwa Abdurrahman Wahid sudah berpulang, tapi
pikiran-pikiran pluralisnya masih berkembang hingga sekarang ini. Dalam
menghadapi kenyataan adanya pluralitas keagamaan ini, suatu hal yang tidak
mungkin untuk mengambil sikap anti pluralisme. Sikap keagamaan yang terbuka,
toleran dan saling memahami menjadi relevan untuk dikembangkan termasuk di
Indonesia karena pluralitas agama yang ada di Indonesia.
Selanjutnya, dalam proses transisi menuju demokrasi, sebagian negara kerap tidak stabil dan mudah goyah. Dalam konteks itu, negara biasanya tak bisa berperan secara efektif untuk melindungi setiap warganya dari tindak ketidakadilan oleh warga yang lain. Itulah yang kini terjadi di Indonesia. Sejumlah kekerasan berbasis agama tak bisa segera dihentikan oleh pemerintah (aparat kepolisian). Pemerintah gamang untuk bertindak dan menghukum pelaku kekerasan berbasis agama karena khawatir dianggap anti-agama, persisnya anti-Islam. Citra sebagai pendukung agama (Islam) dan sekte mayoritas inilah yang tampaknya hendak ditampilkan pemerintahan kali ini. Namun, jika pemerintahan pun tidak menanamkan sikap pluralisme dalam mengatasi pluralitas agama ini akan sulit untuk menegakkan pluralisme di Indonesia. Seharusnya pemerintahan menanamkan sikap pluralisme yang baik agar masyarakat dan Warga Negara Indonesia dapat meneladani dan ikut serta dalam pembangunan dan kesatuan Negara Indonesia dengan bersikap pluralisme.
Selanjutnya, dalam proses transisi menuju demokrasi, sebagian negara kerap tidak stabil dan mudah goyah. Dalam konteks itu, negara biasanya tak bisa berperan secara efektif untuk melindungi setiap warganya dari tindak ketidakadilan oleh warga yang lain. Itulah yang kini terjadi di Indonesia. Sejumlah kekerasan berbasis agama tak bisa segera dihentikan oleh pemerintah (aparat kepolisian). Pemerintah gamang untuk bertindak dan menghukum pelaku kekerasan berbasis agama karena khawatir dianggap anti-agama, persisnya anti-Islam. Citra sebagai pendukung agama (Islam) dan sekte mayoritas inilah yang tampaknya hendak ditampilkan pemerintahan kali ini. Namun, jika pemerintahan pun tidak menanamkan sikap pluralisme dalam mengatasi pluralitas agama ini akan sulit untuk menegakkan pluralisme di Indonesia. Seharusnya pemerintahan menanamkan sikap pluralisme yang baik agar masyarakat dan Warga Negara Indonesia dapat meneladani dan ikut serta dalam pembangunan dan kesatuan Negara Indonesia dengan bersikap pluralisme.
Pluralime perlu diterapkan, karena pluralisme adalah sikap
yang baik. Lima ciri pluralisme yaitu, lima ciri utama pluralisme. Pertama, selalu berkaitan dengan
memelihara dan menjunjung tinggi hak dan kewajiban masing-masing kelompok.
Kelompok pedagang, politisi, pegawai negeri, buruh dan sebagainya akan
mempertahankan posisi agar mereka dapat terus memainkan peran yang selama ini
mereka merasa menjadi tanggung jawabnya.
Kedua, menghargai perbedaan dalam kebersamaan. Masyarakat yang benar-benar memiliki karakteristik plural meyakini bahwa masing-masing pihak berada dalam posisi yang sama. Mereka meyakini bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang unggul dari kelompok masyarakat lain dalam berbagai hal. Ketiga, pluralisme menunjukkan kepada wahana untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berkompetisi secara jujur, terbuka, dan adil. Keempat, pluralisme harus didudukkan pada posisi yang proporsional. Ini berarti bahwa pluralisme dicirikan oleh pandangan-pandangan yang berbeda yang nampak menjadi daya dorong untuk mendinamisasi kehidupan bermasyarakat, dan bukan mekanisme untuk menghancurkan satu kelompok terhadap kelompok lain. Dengan demikian pluralisme ada pada posisi yang netral, tidak memihak, dan objektif.Kelima, menunjukkan adanya perasaan kepemilikan bersama, untuk kepentingan bersama dan diupayakan bersama. Karakteristik semacam ini pada hakikatnya merupakan puncak dan kesadaran bahwa pluralisme sebenarnya merupakan manifestasi jati diri kita.
Kedua, menghargai perbedaan dalam kebersamaan. Masyarakat yang benar-benar memiliki karakteristik plural meyakini bahwa masing-masing pihak berada dalam posisi yang sama. Mereka meyakini bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang unggul dari kelompok masyarakat lain dalam berbagai hal. Ketiga, pluralisme menunjukkan kepada wahana untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berkompetisi secara jujur, terbuka, dan adil. Keempat, pluralisme harus didudukkan pada posisi yang proporsional. Ini berarti bahwa pluralisme dicirikan oleh pandangan-pandangan yang berbeda yang nampak menjadi daya dorong untuk mendinamisasi kehidupan bermasyarakat, dan bukan mekanisme untuk menghancurkan satu kelompok terhadap kelompok lain. Dengan demikian pluralisme ada pada posisi yang netral, tidak memihak, dan objektif.Kelima, menunjukkan adanya perasaan kepemilikan bersama, untuk kepentingan bersama dan diupayakan bersama. Karakteristik semacam ini pada hakikatnya merupakan puncak dan kesadaran bahwa pluralisme sebenarnya merupakan manifestasi jati diri kita.
Dengan alasan-alasan itu, kita masih berhak untuk optimis
bahwa langit-langit pluralisme agama di Indonesia akan makin cerah. Yang jelas
harus ditanamkan dalam diri seseorang adalah sikap pluralisme. Jika setiap Warga
Negara Indonesia memiliki jiwa sosial yang tinggi dan mampu menanamkan sikap
pluralisme dengan baik, maka kesatuan Negara Indonesia akan lebih mudah
tercapaidan akan terciptanya rasa aman dalam setiap melakukan ha apapun. Karena
sudah tidak ada lagi sindikat teroris yang mengatasnamakan agama dan dengan
alasan jihad.
Kamis, 16 Januari 2014
Artikel Koran "Mahasiswa Kreatif Sukseskan Bangsa"
Peran
Mahasiswa Dalam Sukseskan Bangsa
Di
era globalisasi ini mau tidak mau memaksa Indonesia untuk ikut pula bersaing
dalam ranah perkembangan dunia Internasional. Baik dalam hal teknologi,
pendidikan, ekonomi, politik, maupun kebudayaan. Namun, dengan kondisi
Indonesia saat ini yang masih keteteran dalam menghadapi masyarakat dan tatanan
pemerintahan, mampukah Indonesia untuk bersaing di era globalisasi?
Melihat
kondisi Indonesia yang prihatin, dalam pemerintahan misalnya masih merajalela
kasus korupsi yang dilakoni oleh pejabat-pejabat petinggi Negara malah oleh
ketua Mahkamah Konstitusi. Bagaimana dengan kondisi ekomoni rakyat jika pemerintah
memakan hak-hak rakyat? Tentunya itu akan menjadi tambah terpuruknya kondisi
Indonesia.
Walau
demikian, Indonesia masih berharap adanya perubahan yang akan membawa Indonesia
menjadi lebih baik. Indonesia masih mempunyai pemuda-pemuda sebagai generasi
penerus bangsa. Indonesia masih mempunyai mahasiswa yang notabennya sebagai “agent social of change” agen perubahan sosial
dan pemegang pemerintahan Indonesia masa yang akan datang. Disini mahasiswa
sangat diharapkan oleh Indonesia untuk memberikan perubahan tatanan pemerintahan
yang akan memberikan dampak positif bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, mahasiswa dituntut untuk bisa perperan aktif dan perfikiran
kreatif untuk bisa mewujudkan apa yang diharapkan Indonesia. Mahasiswa dituntut
untuk bisa terjun ke masyarakat, mengetahui apa yang terjadi dalam
pemerintahan, dan mahasiswa juga yang berperan aktif dalam pembangunan
nasional.
Dalam
perguruan tinggi terdapat organisasi-organisasi yang berfungsi sebagai wadah
bagi mahasiswa untuk berkarya, berkreatifitas, dan memunculkan
pemikiran-pemikiran yang bersifat membangun bagi perguruan tinggi sendiri dan
bagi Negara. Disini mahasiswa bisa berkarya untuk mewujudkan harapan masyarakat
saat ini, dan untuk menjawab tantangan-tantangan yang dipikulkan kepada
mahasiswa. Menyumbangkan karya yang membangun demi terwujudnya Indonesia yang
lebih baik dan makmur. Namun, tak sedikit mahasiswa yang lebih mementingkan
diri sendiri. Lebih mementingkan membangun kesuksesan hidup pribadi dan
mengesampingkan pemikiran untuk membangun kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat dan bangsa untuk kehidupan masa depan. Bahkan, organisasi pun
terkadang lebih mementingkan kemakmuran golongan atau organisasi sendiri
ketimbang memikirkan kemakmuran bangsa. Disini dibutuhkan parubahan pola pikir mahasiswa
terlebih dulu karena yang seharusnya mendahulukan kepentingan bangsa malah berbalik
mementingkan kepentingan pribadi. Jika mulai dari awal sudah dilatih untuk
lebih mementingkan kepentingan bangsa maka kelanjutannya akan membuahkan hasil
pemikiran dan memberikan sumbangsih bagi perubahan bangsa ini.
Pemikiran-pemikiran
mahasiswa yang kreatif dan membangun inilah yang dibutuhkan Indonesia sebagai
modal awal perubahan demi terwujudnya Indonesia yang lebih baik. Mahasiswa
memanglah berperan penting bagi kemajuan bangsa, karena mahasiswa yang kelak
akan memegang pemerintahan masa depan. Mahasiswa yang kreatif yang berwawasan
luas dan mementingkan kemakmuran bangsa sangat dibutuhkan sebagai kader penerus
yang akan mensukseskan bangsa. Karena pemikiran mahasiswa berbeda dengan yang
lain. Mahasiswa lebih bisa menempatkan dirinya dalam pemasalahan, sehingga
masalah tidak berlarut-larut. Jadi pemikiran dan karya mahasiswa sangat
dibutuhkan untuk kesuksesan bangsa yang akan datang, karena pemerintahan dan
keksuksesan bangsa ada di tangan mahasiswa.
Resensi Buku "Pendidikan Neomodernisme"
PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN ISLAM
Judul Buku : Pendidikan Neomodernisme (Telaah
Pemikiran Fazlur Rahman)
Penulis : M. Rikza Chamami, M.Si
Penerbit : Walisongo Press
Tahun Terbit : 2010
Tebal : xvi + 224 halaman
Resentator : Susi Afiarti
Neomodernisme
pendidikan adalah suatu paradigma baru dalam Pendidikan Islam. Neomodernisme
ini sangat dibutuhkan sebab dengan pembaharuan Pendidikan Islam akan siap
menghadapi persaingan dalm dunia Internasional. Neomodernisme dan Pendidikan
Islam sling berkitan karena bagaimanapun Islam harus menghadapi perubahan dunia
dan medernisasi zaman yang begitu cepat sehingga menuntut kemajuan dalam
pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman solusi untuk kemajuan dunia Pendidikan
Islam harus tampil sesuaiperkembangan zaman dan kaya akan keilmuan yang
intelektual.
Dalam
buku karya dosen IAIN Walisongo Semarang M. Rikza Chamami, M.Si, dituliskan
bahwa Fazlur Rahman membagi dialektika perkemnangan pembaharuan yang muncul
dalam dunia Islam kedalam empat gerakan. Pertama,
revivalisme pramodernis yang muncul pada abad 18 dan abad 19 di Arabia, India,
dan Afrika. Dan kemudian diambil ali oleh gerakan kedua,modernisme klasik yang muncul pada pertengahan abad 19 dan
awal abad 20 dibawah pengaruh ide-ide Barat. Modernisme ini memberikan pengaruh
pada gerakan ketiga yaitu
neorevivalisme atau revivalisme pascamodernis. Dibawah pengaruh neorevivalisme
muncullah gerakan keempat yaitu
neomodernisme.
Model
pemikiran neomodernisme yang digagas oleh Fazlur Rahman dirasa sangat ekstrim
sehingga dinegaranya sendiri dia dianggap oleh para ulama tradisional terlalu
condong ke dunia Barat dan ingkar terhadap Al-Qur’an. Sehingga muncul demo
besar yang mengakibatkan Fazlur Rahman mengundurkan diri dari jabatannya yaitu
Direktur Advuisori Council Of Islamic Ideology dan memilih tinggal di Amerika.
Dan hingga wafat pada tanggal 26 Juli 1988. Akan tetapi pemikirannya tentang
modernism Islam sangat besar terutama di Amerika tentang wacana Islam modern.
Beberapa
hal yang dianggap sangat berkontribusi untuk kemajuan modernisme adalah, pertama, Fazlur Rahman mampu
mengkolaborasikan mengenai tradisionalisme Islam sunni, modernism Islam, dan
scolastisisme Barat. Kedua, dalam
mencari kebenaran dia berani berinovasi diantara sikap Islam dan sikap Barat. Ketiga, ia mengenalkan metodologi yang
bersifat interdisipliner. Keempat,
dengan sifat yang genrle, spirit dan intelektualitas yang tajam, ia dan
pemikirannya diterima secara luas dalam pengembangan kajian Islam di Amerika
Serikat. Kelima,ia telah mewariskan
pemikiran-pemikirannya pada murid-muridnya yang tersebar di seluruh Amerika dan
Kanada.
Modernism
pendidikan yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah sangat diharapkan
untuk mewujudkan kembali kejyaan Islam dimasa yang akan datang. Cirri
pendidikan pada diri Fazlur Rahman dunia pendidikan harus berkiblat pada
Al-Qur’an dan Sunnah sehingga akan terbentuk karakter pribadi muslim yang
berpegang teguh pada nilai-nilai ajara Allah. Hal ini sejalan dengan tujuan
Pendidikan Islam untuk mewujudkan masyarakat yang beradab dan taat menjalankan
perintah Allah.
Pemikiran
tokoh Fazlur Rahman dalam buku ini adalah hal yang perlu diperhatikan oleh
pembaca, karena didalamnya memuat model modernisme Pendidikan Islam. Dengan
demikian pembaca mengetahui bagaimana sejarah dan implikasi neomodernisme dalam
Pendidikan Islam. Maka, buku ini cocok dibaca dikalangan pendidikan. Namun,
bahasa yang sangat ilmiah dan masih asing dibaca oleh pemula akan menjadikan
pembaca pemula mengalami kesulitan dalam memahami buku ini. Walaupun demikian,
buku ini menarik untuk dibaca karena buki ini menjawab tantangan dunia
pendidikan dizaman modern ini.
Langganan:
Postingan (Atom)