ANALISIS KEBUTUHAN
TERHADAP SUMBER AJAR
MAKALAH
Disusun
Guna
Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Telaah Kurikulum PAI
DosenPengampu: Abdul Kholiq
Disusun oleh:
Sochichatul Inayah (123111147)
Sri Multiani (123111148)
Susi Afiarti (123111150)
Syamsul Arifin (123111151)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran adalah memilih
atau menentukan sumber ajar atau sumber belajar yang tepat dalam rangka
membantu siswa mencapai kompetensi. Untuk dapat menunjang pembeajaran yang
efektif dan efisien maka perlu adanya sumber belajar. Sumber belajar adalah
segala sesuatu yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan
oleh peserta didik dalam belajar. Terdapat banyak fungsi yang dapat di hasilkan
karena digunakanya sumber belajar didalam proses pembelajaran.
Sebelum menentukan sumber ajar atau sumber belajar, terlebih dahulu
kita perlu melakukan analisis kebutuhan terhadap sumber belajar. Hal ini perlu
dilakukan agar nantinya sumber belajar yang digunakan oleh siswa benar-benar
suatu yang dibutuhkan oleh siswa. Oleh karena pentingnya analisis kebutuhan
sumber belajar ini, maka disini penulis akan sedikit membahas tentang analisis
kebutuhan terhadap sumber belajar.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian dan fungsi sumber belajar?
B.
Bagaimana
jenis dan klasifikasi sumber belajar?
C.
Bagaimana
teknik analisis kebutuhan terhadap sumber belajar?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Fungsi Sumber Belajar
Terdapat beberapa pengertian mengenai sumber belajar yang
dikemukakan oleh para praktisi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.
Sumber
belajar adalah sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan
dibuat agar memungkinkan siswa belajar sendiri secara individual. (Percival dan
Ellington, 1988).[1]
2.
Sumber
belajar adalah bahan-bahan yang dapat dimanfaat dan diperlukan untuk membantu
pengajar maupun peserta didik dalam proses pembelajaran. (Munir, 2008).
Sumber belajar berupa bahan belajar adalah rujukan, referensi, atau
literatur yang digunakan baik untuk menyusun silabus maupun menyusun buku yang
digunakan oleh pengajar dalam mengajar, sehingga ketika menyusun silabus akan
terhindar dari kesalahan konsep. Bagi pengajar sumber utama bahan belajar dalam
penyusunan silabus adalah buku teks dan buku kurikulum, sumber lainnya seperti
hasil-hasil penelitian, buku bacaan dan sebagainya.
Buku dan sumber lain merupakan rujukan. Oleh karena itu
pembelajaran tidak hanya menggantungkan diri dari buku teks sebagai
satu-satunya sumber bahan. Mengajar bukanlah menyelesaikan penyajian suatu
buku, melainkan membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu pengajar
sebaiknya menggunakan sebanyak mungkin sumber bahan pelajaran.[2] Fungsi
sumber belajar adalah sebagai berikut:
1.
Pengembangan
bahan ajar secara ilmiah dan objektif
2.
Mendukung
terlaksananya program pembrelajaran yang sistematis
3.
Membantu
pengajar dalam mengefisienkan waktu pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran
yang efektif
4.
Meringankan
tugas pengajar dalam menyajikan informasi atau materi pembelajaran, sehingga
pengajar dapat lebih banyak memberikan dorongan dan motivasi belajar pada
peserta didik
5.
Meningkatkan
keberhasilam pembelajaran, karena peserta didik dapat belajar lebih cepat dan
menunjang penguasaan pembelajaran
6.
Mempermudah
peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
sehingga pengajar tidak dominan dan menciptakan kondisi atau lingkungan belajar
yang memungkinkan siswa belajar
7.
Peserta
didik belajar sesuai kebutuhan, kemampuan, bakat, dan minatnya
8.
Memberikan
informasi atau pengetahuan yang lebih luas tidak terbatas ruang, waktu, dan
keterbatasan indera.[3]
B.
Jenis dan Klasifikasi Sumber Belajar
Berbagai sumber belajar dapat digunakan baik oleh pengajar maupun
peserta didik dalam pembelajaran. Jenis-jenis sumber belajar antara lain:
1.
Buku
Kurikulum. Buku kurikulum sangat penting sebagai pedoman untuk menentukan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pembelajaran. Pengajar harus
menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
2.
Buku
Teks. Buku teks digunakan sebagai sumber bahan belajar. Buku teks tidak
selamanya harus satu jenis, melainkan hendaknya bervariasi agar mendapatkan
materi pembelajaran yang luas.
3.
Sumber
belajar media elektronik hasil rekayasa teknologi, seperti komputer (internet),
televisi, radio, kaset, dan sebagainya. Media elektronik ini yang dimanfaatkan
adalah program-programnya yang berkaitan dengan bahan belajar suatu mata
pelajaran.
4.
Internet.
Merupakan sumber untuk mendapatkan segala macam bahan ajar. Bahan ajar tersebut
bisa dicetak atau dicopy.
5.
Penerbitan
berkala, seperti surat kabarharian atau majalah yang terbit mingguan atau
bulanan.
6.
Laporan
hasil penelitian, biasanya diterbitkan oleh lembaga penelitian, perguruan
tinggi, atau para peneliti.
7.
Jurnal,
adalah penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah.
8.
Nara
Sumber, yaitu seperti pakar atau ahli mata pelajaran dan kalangan profesional.
9.
Lingkungan,
seperti lingkungan alam, ekonomi, sosial, seni, budaya, teknologi, dan
industri.[4]
Untuk memberikan gambaran rinci tentang klasifikasi sumber belajar,
berikut akan dijabarkan satu per satu
1.
Message (pesan): informasi yang akan disampaikan dalam bentuk ide, fakta,
makna, dan data.
2.
People
(manusia): orang-orang yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyalur
pesan.
3.
Materials
(ahan): perangkat lunak yang biasanya berisi pesan.
4.
Device
(alat): perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
terdapat dalam bahan.
5.
Technique
(teknik): prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan
bahan, peralatan, lingkungan, dan orang untuk menyampaikan pesan.
C.
Analisis Kebutuhan Terhadap Sumber Belajar
Dalam konteks pengembangan kurikulum, John
McNeil (1985) mendefinisikan need assessment sebagai: ”the process by
which one defines educational needs and decides what their priorities are”.
Sejalan dengan pendapat McNeil, Seels dan Glasglow (1990) menjelaskan tentang
pengertian need assessment : “it meqns a plan for gathering
Information about discrepancies and for using that information to make
decisions about priorities”. Sedangkan menurut Anderson analisis kebutuhan
diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need
Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk
mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be /
ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang
diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada,
seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need
assessment. Pertama; need assessment merupakan suatu proses
artinya ada rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan need assessment. Need
assessement bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu aktivitas tertentu
dalam upaya mengambil keputusan tertentu. Kedua; kebutuhan itu sendiri pada
hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan
demikian maka, need assessment merupakan kegiatan mengumpulkan informasi
tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah
dimiliki.[6]
Secara umum, guru
sebelum mengambil keputusan terhadap penentuan sumber belajar, ia perlu
mempertimbangkan segi-segi berikut ini:
1.
Ekonomis atau biaya,
apakah ada biaya untuk penggunaan buku belajar yang memerlukan biaya. Misalnya,
OHP beserta transparasinya.
2.
Teknisi (tenaga), yaitu
entah guru atau pihak lain yang mengoperasikan suatu alat tertentu yang
dijadikan sumber belajar. Misalnya, cara mengoperasikan slide.
3.
Bersifat praktis, dan
sederhana, yaitu mudah dijangkau, mudah dilaksanakan, dan tidak sulit.
4.
Bersifat fleksibel,
maksudnya sesuatu yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar jangan bersifat kaku
atau paten, tapi harus mudah dikembangkan, bisa dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan pengajaran, tidak mudah dipengaruhi oleh faktor lain.
5.
Relevan dengan tujuan
pengajaran dan komponen-komponen pengajaran lainnya.
6.
Dapat membantu efesien
dan kemudian pencapaian tujuan pengajaran atau belajar.
7.
Memiliki nilai positif
bagi proses atau aktifitas pengajaran, khususnya peserta didik.
8.
Sesuai dengan interaksi
dan strategi pengajaran yang telah dirancang atau sedang dilakasanakan.[7]
Langkah-langkah
analisis sumber belajar sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang menunjang pembelajaran seperti kurikulum
2. Mengidentifikasi kompetensi yang akan dicapai berdasarkan KD/indikator
3. Memilih materi yang akan disajikan, pemilihan yang sesuai dengan yang
dibutuhkan
4. Menetapkan sumber belajar
5. Mengembangkan sumber belajar
6. Mengemas sumber belajar dengan sebaik mungkin.[8]
IV.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Sumber
belajar berupa bahan belajar adalah rujukan, referensi, atau literatur yang
digunakan baik untuk menyusun silabus maupun menyusun buku yang digunakan oleh
pelajar dalam mengajar, sehingga ketika menyusun silabus akan terhindar dari
kesalahan konsep.
2.
Jenis-jenis
sumber belajar antara lain:
a.
Buku
kurikulum
b.
Buku
teks
c.
Sumber
belajar media elektronik hasil rekayasa teknologi
d.
Internet
e.
Penerbitan
berkala
f.
Laporan
hasil penelitian
g.
Jurnal
h.
Nara
sumber
i.
Lingkungan.
3. Langkah-langkah analisis sumber belajar sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang menunjang pembelajaran
b. Mengidentifikasi kompetensi yang akan dicapai berdasarkan KD/indikator
c. Memilih materi yang akan disajikan
d. Menetapkan sumber belajar
e. Mengembangkan sumber belajar
f. Mengemas sumber belajar dengan sebaik mungkin.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang penulis susun, semoga bermanfaat bagi
pembaca dan pemakalah sendiri. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isi (content)
maupun format penulisan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan, guna memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
[1] Eveline
Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 127.
[2] Munir, Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 131-132.
[3] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 132.
[4] Munir, Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 132-133.
[5] Ahmad Rohani, Pengelolaan
Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 188-189.
[6] Wina Sanjaya, Perencanaan dan desain
system pembelajaran, (Jakarta: Kencana Group, 2008), hlm. 91-92.
[7] Ahmad Rohani, Pengelolaan
Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 190-191.
[8] Keterangan
Bapak Abdul Kholiq dalam perkuliahan Telaah Kurikulum PAI-6C pada
Selasa, 28 April 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar